Sunday, April 09, 2006

MAULID NABI

ALLAHUMMA SHALLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD


“Ya Rasulullah, yang kecintaan terhadapmu harus karena mengikuti kecintaan terhadap ALLAH, aku ingin mencintaimu karena ALLAH menyuruhku mencintaimu. Karena Dia teramat mencintaimu, maka ia suruh malaikat dan seluruh makhluk mencintaimu pula. Innallaha wa malaikatahu yusholluuna ‘alan nabi, yaa ayyuhalladzina amanu sholluu a‘laihi wa sallimutaslima. Dan bagi kami, mencintaimu adalah bagian yang tak terpisahkan dari mencintai ALLAH.

“Ya Rasulullah, cintaNya terhadapmu telah membuatnya menciptakan kami dalam ruang mahabbah yang indah tak terperi. Engkaulah penerus cinta sejati dan kesejatian cinta. Engkau pulalah yang ditunjuk menjadi petunjuk untuk menemukan sang cinta sejati. Karena engkaulah, rahmatNya terberikan. Melalui engkaulah rahmat itu tersalurkan. Wa maa arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin.”

“Ya, Rasulullah yang telah tertumpahi cinta sejati, cemburu kepadamu adalah sebenar-benarnya kecemburuan. Banyak hal yang seharusnya membuatku benci dan cemburu kepadamu. Kehadiranmu telah memonopoli cinta sang pemilik cinta sejati. Namun, dengan kehadiranmu pula, akupun sebenar-benarnya tak punya alasan untuk tidak mengakui, mengagumi dan mencintaimu. Karena melaluimu, cinta sejati itu bisa kurasakan.”

“Ya Rasulullah yang cintamu kepada setiap dari kami menjadi sebab turunnya pertolongan Allah kepada kami, ALLAH memberimu kewenangan untuk memberikan syafaat kepada setiap yang kau kehendaki. Berikanlah syafaatmu kepada kami yang menginginkan keselamatan dari kesesatan meniti jalan terjal menuju ridho ALLAH. Dengan syafaat darimu, semoga ALLAH selalu membisikkan ke dalam hati kami untuk selalu menetapkan diri memegang Islam sebagai satu-satunya cara bagi kami dalam berjalan melampaui hidup di dunia ini.”

“Ya Rasulullah yang kehadiranmu menjadi penerang atas kegelapan di seluruh penjuru semesta, karena ALLAH telah memilihmu untuk menjadi contoh bagi seluruh umatmu, maka adakah alasan bagiku untuk tidak memilihmu menjadi panutan hidupku? Dalam sejarahmu terdapat teladan. Dalam kisah mengenaimu terdapat sebenar-benarnya petunjuk yang nyata. Dalam perkataan, perbuatan dan diammu terdapat bimbingan untuk membalas cinta ALLAH kepada segenap makhlukNya.”

“Ya Rasulullah yang dipilih ALLAH untuk tugas yang teramat berat, engkau dipilih olehNya karena kesempurnaan akhlakmu, kekuatan pribadimu, kasih sayangmu terhadap orang-orang mukmin dan kesanggupanmu untuk menjalankan segala tugas yang disandangkan ALLAH di pundakmu. Dengan ikhtiarmu, engkau melayakkan diri sebagai yang terpilih. Dia memilihmu karena engkau layak dipilih karena maqam yang kau capai dengan segala ikhtiar-ikhtiarmu.”
“Ya Rasulullah yang diberikan ALLAH kepadamu teramat banyak hal, kesucian, kemuliaan, kasih, keindahan, budi pekerti. Dengan karuniaNya engkau menjalankan tugas-tugas terama berat. Dengan kemurahanNya, engkau memberikan segalanya kepada kami. Dengan kasihNya engkau mengasihi kami.
Muhammad menjadi seorang rasul akhir jaman karena dia memang telah dipilih oleh ALLAH. Tapi, bukankah ALLAH memilih dan memberi sesuatu kepada makhlukNya karena si makhluk memang pantas diberi sesuatu? Memang, pantas atau tidaknya makhluk pun karena kehendak dan ijin ALLAH. Tapi, bukankah setiap makhluk pun diijinkan berkehendak dan berusaha untuk mencapai maqam kepantasan?
Karenanya, terpilihnya seorang Ahmad ibn Abdullah sebagai manusia yang berhak menyandang gelar Rasulullah SAW adalah karena dia memang manusia yang pantas untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang rasul hingga akhir jaman. Dalam pandangan ALLAH, tidak ada manusia lain yang kelayakannya melebihi kelayakan Ahmad ibn Abdullah untuk ditunjuk menjadi Rasulullah, baik sebelum maupun sesudah Ahmad ibn Abdullah dilahirkan.

“Ya, ALLAH tetapkan sesuatu karena kebijaksanaan dan pengetahuanNya yang tak terbatas luas dan jauhnya. Dia buat sesuatu di saat sekarang dengan pengetahuanNya tentang segala sesuatu di masa lampau dan masa depan makhlukNya. Dia tak pernah lupa dengan apa-apa yang pernah terjadi sebagaimana Dia maha tahu akan apa-apa yang hendak terjadi.”

Dengan demikian, ketika menetapkan bahwa Ahmad ibn Abdullah adalah manusia yang tepat untuk dikaruniaiNya dengan Nur Muhammad, antara lain Dia tiada lupa dengan kesalehan para nenek moyang Ahmad ibn Abdullah, sejak jaman Adam, doa Ibrahim sang khalilullah, balasan untuk Ismail yang penuh bakti, dan seterusnya. Dia juga tak lalai dengan doa seluruh makhluk untuk segera turunnya sang ruh yang tersucikan ke dalam wujud manusia agar segera datang kabar gembira dan rahmat yang telah lama dijanjikanNya.

Dan Dia juga maha tahu lagi maha bijaksana bahwa Ahmad muda akan segera digelari “Al-Amin” karena keteguhannya memegang kebenaran sebab dia adalah yang tertunjuk.

Dia maha tahu lagi maha bijaksana bahwa dengan segala konsekuensi dari tugas teramat berat untuk menancapkan panji-panji Islam, Ahmad ibn Abdullah akan sanggup menanggung dan mengemban segala tugas tersebut jika dia ditunjuk sebagai yang terpilih.

Dia maha tahu lagi maha bijaksana bahwa ketegaran seorang Ahmad ibn Abdullah akan mampu memimpin umatnya melewati ujian dan peperangan-peperangan yang teramat berat karena dia terberkati dengan kepemimpinan yang dianugerahkan kepadaNya.

Dia maha tahu lagi maha bijaksana bahwa Jibril dengan senang hati akan mendampingi Ahmad ibn Abdullah dalam menjalankan tugas-tugasnya, sejak Ahmad terlahir hingga Izrail tertunduk takzim sebelum mengantarnya keluar dari dunia. Kebahagiaan yang tak pernah Jibril tampakkan sebelum dan sesudah tugas pengabdiannya kepada Muhammad.

Dia maha tahu lagi maha bijaksana bahwa seluruh semesta tidak akan menemukan keraguan sedikitpun untuk mengucapkan shalawat kepadanya karena dia memang layak untuk menerima shalawat dariNya dan dari sekian tak terhitung jumlah makhlukNya.

Dia maha tahu bahwa nasib seorang budak bernama Bilal akan segera menjadi mulia karena pertemuannya dengan seseorang yang ketika kecil bernama Ahmad ibn Abdullah, bergelar Al-Amin ketika mudanya dan menjadi sang Muhammad saat dirinya telah cukup layak untuk diberikan wahyu.

Bahkan, Dia maha tahu bahwa seekor semut akan memperoleh makanannya pada saat menjelang hari akhir sebagai implikasi –yang lebih kompleks dari sekedar pola linieritas– dari ditetapkanNya Ahmad ibn Abdullah sebagai sang pemungkas para rasul. Karena Ahmad ibn Abdullah adalah rahmat yang datang untuk seluruh alam semesta.

Dia maha tahu lagi maha bijaksana, beserta kemahaanNya yang lain yang teramat sangat banyak untuk dapat disebutkan, bahwa menetapkan Ahmad sebagai Muhammad Rasulullah adalah setepat-tepat pilihan, dalam sebenar-benarnya saat yang dapat membawa seluas-luasnya manfaat.

“Maka, adakah alasan untuk tidak khusnudhon, tunduk dan patuh kepadaNya? Karena apa yang telah ditetapkanNya adalah sesejati-sejatinya ketetapan.”
Sehingga, Dia berikan segala keistimewaan yang belum dan tiada akan pernah diberikanNya kepada makhluk lain di sesaatNya yang berupa semesta manusia. Sehingga Ahmad ibn Abdullah menjadi makhluk termulia dan teristimewa, menjadikannya sebagai titik akhir dari pencapaian ketakwaan, pemungkas predikat para nabi dan rasul.

dari Heri Setiyono
-------------------------------------------------------------------------------------------------

How a lovely man ya mas!
peringatan maulid nabi memang bukan sekedar ingat tapi sami'na wa atho'na, semoga bisa meski sedikit bisa syukur kalo bisa banyak:D